Kudus, berdikarinews.id – Akibat pandemi, Diki Safitri (27) warga Desa Rendeng, Kecamatan Kota akhirnya terkena dampaknya, pekerjaannya hilang. Namun dia tidak tinggal diam, dia memutuskan menjadi pembudidaya lobster dan ternyata berhasil dan mampu meningkatkan perekonomiannya.
Dika Safitri mengatakan, akibat pandemi dirinya kehilangan pekerjaan, sebelumnya dia bekerja di jasa kontruksi. Karena pandemi, orderanpun turun dan akhirnya dia terpaksa meninggalkannya. ”Akhirnya saya fokus budidaya lobster air tawar jenis red claw,” katanya Selasa (14/12/2021).
Dirinyapun memanfaatkan lahan sedikit yang berada di sekitar rumahnya. Ada lima kolam berukuran 2 X 1 meter. Jumlah tersebut ternyata sudah cukup untuk memulai usaha budidaya lobster.
Untuk perawatan, lobster air tawar dinilai cukup mudah dan tidak memiliki resiko kematian yang tinggi. Dengan modal Rp 1 juta rupiah, kini bisnis budidaya lobster yang diberi nama Ramuma Lobster sudah berjalan kurang lebih 1 tahun. ”Saya pakai kolam terpal,” terangnya.
Saat memulai usaha, dirinya memiliki lobster indukan hanya sepuluh ekor betina dan sepuluh ekor jantan. Kini dirinya bisa mengembangbiakkan lobster secara mandiri, tentunya setelah banyak belajar dengan temannya di Semarang yang menggeluti usaha yang sama.
”Pembibitan, pembuatan kolam, setting air dan lainnya tidak terlalu susah, setahun ini saya sudah ada ribuan loster yang dibudidayakan,” jelasnya.
Diki menjelaskan, untuk lobster betina bertelur membutuhkan masa pengeraman antara tiga sampai lima minggu. Untuk pembesaran hingga panen, idealnya saat berusia enam sampai tujuh bulan. Walaupun sebenarnya lobster bisa dijual dengan berbagai ukuran, jadi usia tiga atau empat bulan juga bisa dijual, tergantung permintaan.
Untuk perawatan, sebenarnya sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya banyak. Dirinya hanya menemui kesulitan berupa air, karena dia menggunakan air PDAM yang bisa digunakan setelah tiga hari diendapkan.
Sedangkan terkait pemasaran, dirinya masih perlu belajar karena belum memiliki banyak pelanggan. Apalagi kapasitas budidayanya juga masih belum maksimal, belum bisa memenuhi pasokan besar yang ada di pasaran. ”Dari lima kolam ini, saya bisa mendapatkan Rp 2 juta setiap pekannya, tentu ketika ramai,” ungkapnya.
Namun ketika dirinya mendapatkan orderan besar, dirinya kerjasama dengan temannya yang ada di Semarang. Sehingga dirinya ketika mendapatkan orderan bisa bisa tetap memenuhi permintaan.
Karena lahan sempit, dirinya berencana mengembangkan usahanya di Kecamatan Dawe, karena wilayahnya masih luas. Hingga kini lobster air tawar Diki telah di pasarkan melalui media sosial, banyak pelanggan dari berbagai daerah mulai memesan.
Sseperti Banyumas, Brebes dan berbagai daerah lainnya. Diki mematok lobster konsumsi seharga Rp 200 ribu rupiah perkilogram berisi sepuluh ekor hingga 13 ekor.
“Mungkin ini jalan rejeki saya, berkah didalam kondisi pandemi, saya belajar wirausaha ini. Mari berwirausaha sendiri,” terangnya.(sol)