Kudus, berdikarinews.id – Pemuda penyandang disabilitas, Sulikin warga Desa Kutuk, Kecamatan Undaan memanfaatkan limbah kayu mebel untuk menghasilkan karya. Bahkan kerajinannya bernilai jual tinggi, dia membuat patung dan ukiran wajah dari kayu limbah itu.
Sulikin terlihat sibuk mengerjakan asbak pahatan tangan, alatnya cukup sederhana. Namun kreatifitasnya cukup tinggi, karena mampu menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Di sekitarnya terlihat produk hasil tangannya, mulai dari tokoh pewayangan, ukiran kayu wajah Sunan Kalijaga, hingga ukiran kayu wajah presiden pertama Indonesia Soekarno.
“Sudah tiga tahunan belajar otodidak pahat kayu ini, akhirnya mencoba ukir wajah, untuk untuk sketsa wajah kayu baru tiga bulan, belajar sendiri juga,” katanya.
Pria yang sering dipanggil Ulik ini menceritakan, satu unit wajah atau patung pahatan atau ukiran kayu membutuhkan waktu kurang lebih tiga sampai empat hari. Sementara untuk asbak berukuran kecil atau ukiran yang tak begitu rumit, dua hari bisa selesai.
Selain dengan peralatan sederhana yang ia beli dari mengumpulkan uang, bahan kayu yang ia gunakan juga memakai limbah kayu jati yang dibeli dari tempat pembuatan mebeler. ”Limbah itu selanjutnya saya pilih, selama saya membuat ini, ukiran bergambar semar yang banyak diminati,” terang pria kelahiran 1996 ini.
Karya Sulikin tersebut dijual dengan harga mulai Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu. Harga tergantung dari ukuran serta kerumitan ukiran pahatan kayu yang dikerjakan. Selama ini karya Ulik sudah terjual di sekitaran Kota Kudus. Biasanya mereka datang dari pelanggan yang pernah memesan sebelumnya. Bahkan dirinya kini sudah siap menerima tawaran custom wajah seseorang.
Untuk pemasaran memang masih belum maksimal, dirinya belum memposting di media sosial, karena terkendala handphone. Dirinya sudah berencana untuk melengkapi alat dan membeli handphone untuk memaksimalkan pemasaran.
Sementara ditanya terkait kondisi fisiknya, ia menceritakan sejak kecil sudah alami keterbatasan fisik. Untuk beraktifitas dia menggunakan kursi roda lantaran kakinya tak kuat menopang tubuhnya saat berdiri. Untuk beraktifitas sehari-hari menggunakan kursi roda maupun berjalan dibantu dengan tangan. Menurut dokter dirinya menderita rapuh tulang kaki, sehingga waktu kecil sering patah.
“Pernah lihat foto kecil aku usia 3 tahun, biasa-biasa saja. Kemudian setelah itu sering jatuh terus patah tulang gitu terus. Sampai akhirnya sekarang saya begini, tapi tetap semangat mas,” jelasnya penuh semangat.
Apa yang dilakukannya saat ini, selain ingin mandiri juga untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Dirinya ingin terus berkarya untuk orang tuanya.(sol)