Kudus, berdikarinews.id – Pengurusan jamaah haji oleh Pemerintah Indonesia dianggap sangat profesional. Jamaah haji Indonesia juga berperilaku baik dan memiliki tanggungjawab, sehingga tidak terlalu rumit ketika mengurus jamaah haji asaln Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh pengajar konstruksi manajemen di Universitas Ummul Quro, Madinah, dan putera dari pemilik Hotel Sulton di kawasan Shisa, Makkah, Dr. Naif Alaboud seperti yang dilansir di Kemenag.go.id.
Hotel Sulton menjadi salah satu pemondokan jemaah haji Indonesia di Makkah. “Saya selama 15 tahun aktif pelayanan haji dari berbagai negara. Selama 10-12 tahun terakhir bekerja sama melayani jemaah haji Indonesia,” katanya.
Naif mengakui, pemerintah Indonesia memiliki proses yang jelas, tim profesional, dan semua seksi (transportasi, pemondokan, kesehatan, konsumsi, dan lainnya) ditangani secara profesional untuk jemaah haji. “Mereka mengecek dan mengecek kembali persiapan sebelum jemaah tiba di Makkah,” jelas Naif.
Ia juga mengapresiasi perilaku jemaah Indonesia, menurutnya jemaah haji Indonesia itu istimewa. “Sesuai pengalaman menjamu jemaah dari berbagai negara, keistimewaan jemaah Indonesia adalah jemaah yang baik baik, fokus, terdidik, suka membantu. Jamaah dari negara lain memiliki budaya dan perilaku berbeda-beda,” lanjutnya.
Jamaah Indonesia terbuka, baik, tahu tanggung jawabnya. Sebagian jamaah mungkin berasal dari pelosok, tapi mereka baik, sabar, suka menolong, baik orang itu berpendidikan tinggi atau tidak, dan mereka juga.
Dia menambahkan, selama dua tahun tidak ada jemaah, khususnya dari Indonesia karena pandemik, bagi Naif adalah masa yang aneh karena tahun berlalu dan ia tidak melihat jamaah dari luar negeri.
“Ini kenangan yang sedih. Melayani jamaah haji sebagai tamu Allah adalah sesuatu yang diberi pahala Allah. Kami membantu jemaah dengan apa pun yang dapat kami lakukan. Kami semua berharap tidak akan menghadapi masa suram seperti itu lagi,” harapnya.