Kudus, berdikarinews.id – Masyarakat di Kudus diminta meningkatkan kewaspadaan terkait Demam berdarah Dengeu (DBD). Karena kasus DBD di Kudus meningkat menyusul musim hujan tiba, bahkan tidak sampai dua bulan, kasus DBD mencapai 175 dengan tiga kasus kematian.
Dari data yang ada, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus selama Desember 2021 hingga Januari 2022 mencapai 175 kasus dengan kasus tiga kematian. Untuk Januari hingga pertengahan, ada 24 kasus DBD. Paling banyak DBD dialami anak-anak dengan rentang usia lima hingga sebelas tahun.
Plt DKK Kudus dr. Andini Aridewi mengatakan, Bupati Kudus sudah mengeluarkan surat edaran kewaspadaan penanganan DBD. Antara lain berisi tentang diwajibkannya juru pemantau jentik (Jumantik) di setiap lingkungan terkecil. ”Antisipasi sejak dini harus dilakukan,” katanya Rabu (19/1/2022).
Untuk itu, Jumantik harus bisa melaporkan adanya temuan kasus ke Puskesmas terdeat. Tujuannya agar dilakukan tindak lanjut dengan fogging atau penyemprotan larvasida.
Saat ini, DKK Kudus juga terus meningkatkan screening semua fasilitas Kesehatan untuk mendata pasien yang mengarah ke suspek DBD. ”Kamipun terus melakukan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M plus, kami tidak ingin kasus DBD meningkat, maka pencegahan harus dilakukan sejak awal,” terangnya.
Pihaknya juga sudah meminta rumah sakit untuk mengantisipasi adanya peningkatan kasus DBD. Apalagi rumah sakit di Kudus tidak hanya melayani pasien dari Kudus saja, melainkan juga dari sekitar, seperti Jepara, pati, Grobogan dan Demak.
Dia menambahkan, walaupun ada lonjakan aksus, namun belum masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Namun masyarakat tetap diminta untuk meningkatkan kewaspadaan agar kasus DBD bisa terus ditekan.
”Kami sudah intruksikan rumah sakit agar siap secara SDM, alat hingga tempat tidur pasien untuk pasien DBD dipersiapkan untuk antisipasi lonjakan,” jelasnya.(sol)