Kudus, berdikarinews.id – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus melaksanakan halalbihalal di Gedung DPRD Kudus. Sejumlah tokoh masyarakat hadir, termasuk Bupati Kudus Hartopo dan Ketua DPRD Kudus Masan.
Bupati Kudus Hartopo mengatakan, sumbangsih NU di Kudus sangat dirasakan, sinergitas Pemkab dengan PCNU Kudus juga snagat baik. ”Kami salut dengan kontribusi PCNU Kudus untuk masyarakat Kudus, semuanya sejalan dengan apa yang dijalankan Pemkab,” katanya saat menghadiri acara halalbihalal PCNU Kudus di Aula DPRD Kudus Kamis (19/5/2022).
Salah satu kontribusi nyata yakni dalam penanganan Covid-19. PCNU secara aktif berkontribusi dalam penanganan Covid-19. Sehingga melandainya pandemi di Kudus tak lepas dari peran PCNU. Dirinya kembali mengajak PCNU mewujudkan zona hijau bebas Covid-19 di Kudus.
“Yang ditunggu Kudus jadi zona hijau Covid-19. Seperti hijaunya Nahdlatul Ulama,” terangnya.
Jalinan sinergitas yang telah baik tersebut perlu terus dirawat. Oleh karena itu Hartopo akan mendukung program PCNU. Sebagai warga NU, Hartopo paham program NU bertujuan untuk menyejahterakan umat.
“Hubungan yang telah baik ini harus terus dirawat dengan bersinergi bersama,” paparnya.
Sama-sama orang NU, Ketua DPRD Kudus Masan meminta pengurus NU menyampaikan aspirasi kebutuhan PCNU Kudus. Apalagi yang memang dibutuhkan untuk kebersamaan umat dan masyarakat Kudus.
“Jangan ragu untuk menyampaikan keluhan dan aspirasi. Kami selalu terbuka untuk PCNU,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua PCNU Kudus KH Asyrofi Masyitho mengapresiasi Bupati Kudus dan Ketua DPRD Kudus yang menggerakkan wakaf bersama jajaran lainnya. Dirinya juga berbicara terkait menyongsong satu abad NU yang merupakan momen bersejarah. Asyrofi mengajak pengurus mengabadikan momen tersebut dengan menginisiasi kegiatan yang gaungnya langsung dirasakan umat.
“Program yang dibuat harus bisa dilaksanakan permanen, jangan hanya program seremonial,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, KH. Ulil Albab Arwani menyampaikan ceramahnya terkait hikmah puasa dan lebaran. Puasa yang dijalani dengan keikhlasan dan keimanan menjadikan umat Islam seperti bayi yang baru lahir dengan tanpa dosa.
Namun, itu berlaku untuk kesalahan manusia dengan Allah SWT. Kalau punya kesalahan antar manusia, KH. Ulil Albab Arwani menjabarkan hanya bisa dilebur dengan permintaan maaf secara tulus dengan orang yang disalahi.
“Oleh karena itu, maaf-maafan seperti ini dilakukan untuk melebur kesalahan yang telah lalu dan menjadikan kita semua bersih kembali,” jelasnya. (sol)