Site icon Berdikarinews.id

Program Penurunan Stunting Terus Dimaksimalkan, Pemkab Alokasikan Rp 1,6 Miliar dari DBHCHT

Bupati Kudus Hartopo saat berdialog dengan anak SD beberapa waktu lalu.

Kudus, berdikarinews.id – Penangan stunting merupakan salah satu program nasional yang terus menajdi konsentrasi. Pemkab Kudus juga terus berupaya dalam penanganan stunting tersebut.

Untuk penanganan stunting sendiri, Pemkab Kudus juga menganggarkan sekitar Rp 1,6 miliar dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT). ”Dalam proses menyejahterakan masyarakat, penurunan stunting menjadi salah satu yang harus dilakukan,” kata Bupati Kudus Hartopo beberapa waktu lalu.

Penurunan stunting juga bertujuan untuk menyongsong generasi emas pada 2045 mendatang. Dengan angka stunting yang turun, maka derajat Kesehatan masyarakat di Kabupaten Kudus menunjukkan semakin baik.

Program untuk penurunan stunting dengan menggunakan DBHCHT sudah sesuai dengan peraturan. Yakni 50 persen digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, 40 persen diperuntukkan bidang kesehatan dan 10 persen dialokasikan untuk penegakan hukum.

Dalam upaya penurunan stunting, Pmekab Kudus sudah melaksanakan upaya maksimal. Apalagi banyak pihak sudah ikut dalam upaya penurunan stunting tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus Andini Aridewi melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat NUryanto mengatakan, pihaknya mendapatkan alokasi Rp 1,6 miliar khusus untuk upaya penurunan stunting.

Anggaran dari DBHCHT itu diantaranya untuk sosialisasi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal dan juga penggandaan. ”Sosialisasi dilakukan untuk lintas sectoral, puskesmas dan masyarakat. Sementara penggandaan untuk kebutuhan cetak liflet yang juga bertujuan untuk sosialisasi,” imbuhnya.

Sedangkan untuk PMT untuk program pemenuhan gizi, seperti pemberian susu UHT, telur, ikan, daging dan olahan makanan yang sudah disesuaikan dengan kaidah gizi. Tak hanya itu, juga ada alokasi untuk kegiatan kelas stunting di setiap desa melalui Puskesmas.

Kelas stunting itu ada kelas ibu, kelas bayi dan kelas balita. Adanya kelas itu bertujuan agar ibu mendapatan pemahaman dalam memberikan asupan gizi kepada anak sesuai dengan kaidah gizi yang diberlakukan.

Jika menyesuaikan dengan aplikasi pendatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM) melalui penimbangan serentak di seluruh Posyandu di Kudus, pada Februari lalu, stunting di Kudus berada pada angka 5,1 persen.

Angka tersebut tentunya akan terus diupayakan untuk diturunkan, peran masyarakat menajdi salah satu faktor utamanya.(lis)

 

Exit mobile version