Site icon Berdikarinews.id

Solutif, Warga Kudus Ciptakan Alat Fogging Mini dan Murah

Ketua DPRD Kudus Masan tengah mencoba alat fogging mini buatan Heru Rusiyanto (35) Warga Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan Selasa (11/1/2022).

Kudus, berdikarinews.id – Kasus demam berdarah dengue (DBD) mengalami peningkatan setelah memasuki musim penghujan. Bahkan banyak warga yang mengeluhkan lamanya proses pengajuan untuk melakukan fogging.

Kondisi tersebut ternyata membuat Heru Rusiyanto (35) Warga Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan membuat alat pengasapan (foging) mini dengan harga terjangkau, dan mudah untuk dipakai sehari-hari di lingkungan rumah. ”Saya membuat fogging mini karena banyak nyamuk di rumah, sementara alat fogging yang ada mahal,” katanya Selasa (11/1/2022).

Pembuatan fogging mini, cara kerjanya seperti rokok elektrik atau vape yang menghasilkan asap banyak. Kemudian ia berupaya membuat dengan alat sederhana, akhirnya pada 2019 foging mini yang dikembangkannya berhasil.

Dirinya menggunakan pompa sprayer, gas mini yang biasa digunakan untuk camping, selang, koil, dan pemantik api. Cara kerja foging mini pun cukup mudah, obat dimasukkan ke sprayer lalu dipompa. Kemudian mengalir ke spiral sampai hingga ujung koil.

Selanjutnya ada proses pembakaran, sehingga benda cair yang sudah bercampur obat menjadi asap. Satu liter cairan bisa digunakan untuk fogging 17 rumah dengan waktu kurang lebih setengah jam. ”Saat pembakaran asap keluar cukup banyak, sangat mudah dioperasikan di rumah,” terangnya.

Kini fogging mini yang ia ciptakan sudah cukup berkembang, dan menjadi mata pencahariannya. Dalam sehari Heru mampu menciptakan hingga 10 unit fogging mini. Dalam satu bulan, dirinya bisa menjual sekitar 200 unit, saat musim kemarau sekitar 100 unit saja.

Foging mini ciptaannya sudah terjual hingga berbagai daerah di tanah air. Harganya pun cukup terjangkau, Rp 250 ribu per unit.

Ketua DPRD Kudus Masan mengatakan, pihaknya saat mengetahui alat tersebut sangat tertarik, karena sangat mduah digunakan dan tentunya bermanfaat. Sehingga warga bisa langsung melakukan fogging tanpa harus menunggu dari dinas terkait.

Apalagi beberapa daerah memang dirasa sangat butuh segera proses fogging karena ada beberapa yang terkena DBD. ”Sangat bagus alatnya, warga bisa mudah melakukan fogging tanpa harus menunggu dinas yang terkadang birokrasinya rumit,” jelasnya.

Berdasarkan data dari Dinkes Kudus, kasus DBD selama 2021 sebanyak 175 kasus atau lebih tinggi dibandingkan jumlah kasus selama tahun sebelumnya yang tercatat hanya 40 kasus. Sedangkan kasus meninggal dunia tahun 2021 ada tiga kasus.(sol)

Exit mobile version