Kudus, berdikarinews.id – Kabupaten Kudus mencatatkan sejarah panjang pembinaan olahraga bulutangkis dengan lahirnya legenda olahraga tepokbulu seperti Lim Swie King, Hastomi Arbi, hingga Haryanto Arbi.
Hanya, beberapa tahun terakhir belum ada lagi penerus atlet bulutangkis asli Kudus yang mampu tampil hingga kancah nasional bahkan dunia. Selain turnamen atau kejuaraan, pelatihan bulutangkis ke sekolah-sekolah terus digelar.
Kabid Olahraga Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus (Disdikpora) Kudus Minan Muhammad mengatakan, akhir Maret lalu digelar kejuaraan Simpang 7 Master yang diikuti oleh para siswa sekolah dasar.
“Siswa-siswa yang juara tidak hanya berasal dari klub besar saja, namun juga merata dari klub-klub bulutangkis maupun sekolah yang ada di Kudus,” katanya, Rabu (6/4).
Setelah kejuaraan bulutangkis Simpang 7 Master ini PBSI Kudus masih memiliki beberapa agenda kejuaraan. Mulai dari Bitingan Master, Kretek Cup, Bupati Cup, dan Muria Cup.
Minan yang juga Ketua Panpel Simpang 7 Master menambahkan, kejuaraan yang digelar dapat mengasah kemampuan atlet. “Kejuaraan selalu memiliki nuansa yang bagus. Sehingga atlet tidak hanya latihan dan latihan tetapi ada tempat untuk berkompetisi,” katanya.
Melalui kejuaraan itu akan memberikan gambaran riil hasil pembinaan yang telah dilakukan. “Semoga ke depannya kejuaraan bulutangkis lainnya dapat terlaksana,” katanya.
Minan yang juga pengurus PBSI Kabupaten Kudus menambahkan, PBSI Kabupaten Kudus telah menggelar coaching clinic di sejumlah sekolah dasar di Kabupaten Kudus. Pertengahan Maret lalu, coaching clinic digelar di aula Balai Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, (17/3).
Para siswa dari lima SD di Kecamatan Jati itu diajari teknik dasar bermain bulutangkis. Kepala SD 1 Jati Wetan, Rejeki Handayani, mengatakan pihaknya berupaya untuk mengenalkan teknik dasar bulutangkis bagi usia dini. Sasarannya siswa kelas empat dan kelas lima.
Pelatihan singkat itu diikuti siswa dari lima SD yakni SD 1,2,3,4 Jati Wetan dan SD 3 Jati Kulon. Total ada 50 siswa SD. Tiap-tiap SD ada 10 anak. Dari pelatihan itu, anak-anak terlihat antusias dan tertarik bermain bulutangkis. Sejumlah anak juga terlihat memiliki bakat olahraga tepok bulu itu.
“Beberapa ada yang sudah bagus mainnya. Pastinya saya juga ikut senang karena ke depan ada bibit-bibit yang bagus,” katanya.
Ia berharap para siswa itu terus berlatih usai coaching clinik ini. Pihak sekolah didorong untuk membuka ekstrakuriluler bulu tangkis. Selain itu, dukungan orang tua murid juga diperlukan agar anak semakin termotivasi.
“Terkadang ada yang anaknya niat latihan dan punya potensi, tetapi tidak didukung orang tua. Ada juga yang orang tuanya sangat mendukung tetapi anaknya malas latihan juga tidak bakal berjalan,” katanya. (*)