Dari 22 santri tersebut, selain 15 orang yang merupakan warga Jepara, sisanya merupakan penerima beasiswa dari berbagai Ponpes, seperti dari kajen, Pati dan lainnya. ”Jika di total sebenarnya ada 35 santri Al- Buruj yang menimba ilmu di Sudan, ada yang warga Jepara sendiri dan ada juga yang ada Lampung, Sumatera, Jawa Timur hingga Sulawesi,” terangnya.
Karena santri tersebut juga terkait keluarganya, pihaknya juga telah melakukan komunikasi dengan pihak keluarga para santri atau mahasiswa tersebut. Sehingga pihak keluarga juga tenang, karena proses evakausi juga sudah berjalan baik.
Seperti diketahui sebelumnya, konflik Sudan pecah berawal saat negara tersebut dilanda kudeta pada 2021 lalu. Mulai saat itu Sudan dijalankan langsung oleh dewan jenderal yang dipimpin dua petinggi militer. Dari sinilah konflik Sudan muncul seperti saat ini akibat perselisihan kedua petinggi militer tersebut.
Dua jenderal tersebut yakni Jenderal Andel Fatah Al-Burhan yang merupakan kepala Angkatan bersenjata yang juga presiden Sudan. Jenderal kedua yakni Mohamed Hamdan Dagalo atau yang dikenal dengan Hemedti yang merupakan wakil presiden yang juga pemimpin paramiliter RSF.
Konflik Sudan pecah saat adanya rencana memasukkan sekitar 100.000 Rapid Support Forces (RSF) ke dalam tentara Sudan. Pertanyaan muncul, lalu siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru tersebut.
Usai rencana itu tak kunjung selesai, akhirnya ada pergerakan RSF di kota-kota yang ada di Sudan. Dari sanalah tentara menganggapnya sebagai sebuah ancaman karena adanya pergerakan tersebut, akhirnya munculnya konflik Sudan atau perang saudara seperti saat ini.(lis)