Kudus, berdikarinews.id – Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kudus menyambangi sekolah setelah hari kedua penerapan pertemuan tatap muka (PTM) selama dua hari. Tujuannya tak lain untuk memastikan penerapan protokol Kesehatan berjalan maksimal. Bahkan, siswa diminta membawa bekal atau makanan dari rumah.
Salah satu titik pemantauan ada di SMP 3 Kudus, ada 874 siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam pemantauan tersebut, semua guru memakai masker, walaupun harus mengajar sekitar 40 menit.
Terlihat sesekali guru membuka masker untuk bernafas agar tidak terlalu pengap, lalu masker di pakai Kembali.
Kepala SMP 3 Kudus Suharto mengatakan, PTM 100 persen sebenarnya sudah dimulai pada 3 Januari 2022, namun untuk proses KBM baru dimulai 4 Januari 2022. Untuk pelaksanaan KBM memang berbeda dari sebelum pandemi.
Misalnya untuk jam istirahat hanya satu kali dan itupun hanya 20 menit saja. Semua siswa juga diminta untuk membawa bekal sendiri karena kantin belum diperbolehkan buka. ”Saat jam istirahat, Satgas pencegahan covid-19 juga melakukan keliling agar tidak terjadi kerumunan saat jam istirahat,” terangnya.
Dia menambahkan, untuk siswa guru dan tenaga kependidikan, semuanya sudah melakukan vaksinasi. Sehingga bisa melakukan PTM 100 persen, namun tetap mematuhi protokol kesehatannya.
Sedangkan terkait sarana dan prasarana pendukung protokol Kesehatan, memang ada yang belum dipasang, yakni barcode aplikasi PeduliLindungi. Namun pihaknya sudah mempersiapkan dan dalam waktu dekat akan dipasang.
Ketika ada tamu dari lur sekolah datang, nantinya diwajibkan menunjukkan kartu vaksin atau scan melalui apliaksi PeduliLindungi yang disiapkan. ”Rencana kami pasang di tempat setelah parkir,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Disdikpora Kudus Harjuna Widada melalui Kabid Dikdas M. Zubaedi menambahkan, pihaknya akan melakukan peninjauan ke sekolah-sekolah selama seminggu. Baik tingkat SD maupun SMP, baik negeri maupun swasta.
”Dari pemantauan, terlihat lancar, untuk Satgas di SMP lebih baik selain guru, sementara SD karena tidak memiliki tenaga kependidikan, maka pengawasan dilakukan bergantian,” ujarnya.(sol)