Pati, berdikarinews.id – Dampak pandemi Covid-19 masih sangat terasa bagi pelaku kesenian tradisional ketoprak di Kabupaten Pati.
Pagebluk yang telah dua tahun berjalan, membuat mereka mengalami kesulitan ekonomi. Lantaran pentas pertunjukan ketoprak tidak diperbolehkan dihelat di muka publik.
Tidak sedikit mereka yang harus pontang-pantig mencari mata pencaharian lain, agar asap dapur tetap mengepul.
Pasalnya, kesenian yang menjadi tumpuan hidup, selama pandemi, tidak lagi dapat membantu mengenyangkan perut.
Satu dari sekian seniman ketoprak yang terkina imbas pandemi dari sektor ekonomi adalah Hartawan.
Ia mengatakan, selama pagebluk merangsek, sektor kesenian sangat terdampak, tak terkecuali seni budaya ketoprak Pati yang populasinya sangat besar di Jawa Tengah.
“Seniman, khususnya ketoprak sangat terdampak pandemi. Kita enggak ngerti harus ngapain, ketoprak belum boleh untuk pentas. Banyak dari kebutuhan harian yang harus kita penuhi, sementara pendapatan kita 100 persen menurun dari ketoprak,” katanya Rabu (19/1/2022).
Agar asap dapur tetap mengepul, ia terpaksa memanfaatkan keahliannya dalam mengolah kayu untuk dibuat kerajinan tangan, yang kemudian dipasarkannya melalui toko daring. Hanya saja, penjualan tidak maksimal yang mengakibatkan ia harus memutar otak kembali.
“Sempat dulu membuat kerajinan kayu yang kita jual online, cuman bertahan 1,5 tahun. Karena belum ada perkembangan dari segi ekonomi,” jelas aktor kesenian ketoprak Siswo Budoyo itu.
Karena himpitan kebutuhan hidup semakin menghimpit, ia pun terpaksa menjual mobil kesayangannya untuk membuat usaha warung mi yang dinamai sama dengan grup ketoprak yang menaunginya.
“Saya jual mobil untuk membuat usaha warung mi Siswo Budoyo ini, setelah mendapatkan izin dari bos saya untuk namanya. Adanya warung ini sebagai tuntutan ekonomi. Di mana kita harus memutar otak di situasi pandemi seperti dua tahun lebih sampai saat ini,” jelas pria asal Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo itu.
Warung mi yang terletak di Pusat Kuliner (Puser) Gabus, diharapkan Hartawan bisa menghidupinya dan juga sebagian rekan pegiat kesenian ketoprak selama pandemi Covid-19 berlangsung.
“Harapannya pandemi segera berakhir, agar kami bisa tetap hidup. Setiap bulan Apit dalam kalender Jawa, kita selalu bisa tampil dalam acara Sedekah Bumi dan Sedekah Laut. Begitupun saat menjelang Ramadan dan Hari Raya. Namun dua tahun ini, kami harus berpuasa karena pentas belum diperbolehkan,” keluhnya.(sol)